Ragam Cerita Belajar Daring di
masa Pandemi
Oleh : Ekalaya Irpan Pamuji,S.Sos
Tepatnya Tanggal 13 Juli 2020, sekolah kami
melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ( MPLS )
Daring. Di awali kegiatan Registrasi di Group Whatshaps seluruh
siswa wajib melaksanakan Registrasi awal sebagai langkah Peserta
MPLS Daring di sekolah kami. Setelah itu kami membuat beberapa
video MPLS Daring untuk bahan Presentasi ketika materi MPLS diberikan.
Ada yang mempersiapkan tripot, ada yang sibuk dengan Hpnya dengan segala pitur
yang ada. Ada juga yang sibuk shoting Video untuk bahan Presentasi untuk
kebesokan harinya. Dan ada juga yang sampai begadang gara – gara urusan Editng
Video. Sampai-sampai tengah malam baru tuntas. Seolah-olah dikejar
Deatline. Seperti Penerbit berita di salah satu media.
Waktu telah berubah seiring wabah masih mendera. Tidak terbayangkan situasi
seperti ini masih menimpa hampir 5 bulan masa Pandemi ini masih melanda entah
sampai kapan sirna.
Sebelum pandemi kita bisa bercerita tentang perjuangan, tentang
Kepahlawanan, tentang kasih sayang, tentang Kepedulian, tentang semangat
berjuang demi masa depan.
Kini dampak Corrona sudah mulai
Terasa. Yang dulunya kita bersua dan bercengkarama kini tinggal Jaga jarak,
memakai masker. Bawa Zanitaser dan sering cuci tangan pakai sabun. Ketika masa
MPLS sudah berlalu tentu hal ini menjadi tantangan baik sebagai tenaga
pendidikan maupun sebagai siswa. Mengapa demikian terjadi ?. tentu jawabannya
adalah gara – gara Pandemi. Jika kita selalu berkeluh kesah, bahkan sampai
menyerah. Tentu hal itu bukan jawaban.
Setiap tantangan maupun rintangan itu adalah Dinamika Kehidupan. Mau, tidak
mau, bosan, jenuh uring- uring. Tetap kita harus jalankan. Ya karena roda
Kehidupan tetap berjalan. Meskipun, tertatih, merangka. Namun, tetap jalan.
‘Semua orang tidak pernah membayangkan hal ini terjadi’, semua orang juga
selalu berpikir mengapa begini, mengapa tidak seperti itu!, semua orang
memiliki hak untuk bicara. Dalam situasi yang Dilema antara “ Kesehatan
dan Masa Depan Peserta didik “. Saling bertambrakan kepentingan.
sebagian wali murid setuju siswa masuk kembali, sebagian yang lain tidak
setuju. Pemerintah Mengeluarkan berbagai macam aturan agar siswa dan guru tidak
bertatap muka secara langsung atau dalam Sistem Daring ( Dalam Jaringan )
dengan disesuaikan pada Zona Wilayah. Apakah Zona Hijau, Zona Kuning atau Zona
Merah.
Sedih bercampur Emosi melihat situasi 1,5 minggu
ini dari sekian siswa yang terpantau Daring ¾ atau bahkan ½ nya belum hadir
dalam proses pembelajaran jarak jauh ini alias Daring. Menangis bukan
berarti cengeng, namun menangis Bagaimana sistem Daring ini terpola dan
tersampai dengan siswa. Walaupun banyak alternatif dan starategi dalam
menyikapi masa pandemi ini. Baik pembelajaran dengan Aplikasi Classroom,Ruang
Guru, Whatshapp, maupun Offline dengan memberikan tugas kepada perwakilan siswa
dengan sistem Qutsler sampling. Di Desa berbeda dengan di Kota banyak
Indikator sarana dan Prasarana IT yang mendukung. Jika di
Desa banyak cerita dan sarana seadanya apalagi nan jauh disana.
Kami sadar sebagai tenaga pendidik
memiliki berbagai keterbatasan. Tetapi buka berarti beralasan . ‘Realitas tidak
bisa dipungkir’, bukan berarti melawan aturan atau Protokol Kesehatan
diabaikan. Tetap tegar dan selalu berkarya. Guru dan siswa selalu
mulai beradapatasi dalam situasi dan kondisi.
Mudah- mudahan Pandemi berakhir.
Tiada tergantikan pengajaran tatap muka karena ia, terlahir mencipatakan proses
alamiah kontak batin antara guru dan siswa, mendidik melalui interaksi secara
langsung akan menghasilkan insan –insan cendikia, butuh kasih sayang, butuh
perhatian, karena mengajar dan mendidik butuh interaksi Emosional yang tidak
akan tergantikan. Diibaratkan belayan kasih sayang seorang Ibu dengan
anaknya. Belayan Bapak dengan anaknya. Ketegasan, sikap,
Kedisiplinan, toleransi, gotong royong,simpati atau empati. Tidak cukup di
ruang Digitalisasi.
Seribu kali berusara di smarthpone akan sangat berbeda dengan bersuara 1
kali dengan tatap muka secara langsung. Ada ikatan batin yang kuat yang tak
pernah terganti.
Kami banyak berharap semoga pandemi
ini berakhir kembali dengan kehidupan normal.. semoga vaksin Corona segara
ditemukan. Banyak cerita antara siswa dan guru. Banyak cerita antar orang
tua dengan siswa. Banyak pelajaran dan hikman dibalik corona. ‘ Dulu guru salah
berbicara disudutkan!”, “dulu guru cubit di polisikan!”, ‘dulu guru membentak
bisa – bisa di HAM kan!’.
Dunia ‘Realitas tidak bisa di
bohongi!” Roda selalu berputar semoga antara Guru, siswa, dan Orang tua / Wali
Murid. Akan mengerti dan merasakan bagaimana cara mendidik
?,bagaimana cara mengajar? , bagaimana cara memberi motivasi dan
mengontrol diri anak dengan pengaruh lingkungan sekitarnya ?.
Wallahualam be sawab. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan ketegaran
dalam menjalani roda- roda kehidupan di masa Pandemi.
0 comments:
Post a Comment